Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Krisis Kesehatan di Gaza: Dampak Konflik Terhadap Rumah Sakit Al-Shifa dan Upaya Kemanusiaan dalam Mengatasi Situasi Memprihatinkan

Barakatinews - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dengan tegas mengungkapkan keprihatinan mendalam mengenai situasi "mencemaskan dan berbahaya" yang tengah berlangsung di fasilitas kesehatan utama di Gaza, Rumah Sakit Al-Shifa. Terjadi hampir pemadaman listrik total serta terdapat kekurangan makanan dan air yang sangat mengancam kelangsungan hidup pasien. Salah satu faktor yang berdampak kepada kondisi ini adalah serangan dan pemboman yang berlangsung di sekitar rumah sakit. Menurut Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO, "memperburuk kondisi kritis yang sudah ada."

Krisis Kesehatan di Gaza: Dampak Konflik Terhadap Rumah Sakit Al-Shifa dan Upaya Kemanusiaan dalam Mengatasi Situasi Memprihatinkan

Al-Shifa, yang kini dalam kondisi darurat pasca kejadian tersebut, "sudah tidak berfungsi sebagai rumah sakit," melaporkan dampak tidak langsung dari kondisi memprihatinkan tersebut. Dr. Marwan Abu Saada, Kepala Bagian Bedah RS Al-Shifa, mengungkapkan bahwa tiga bayi prematur telah meninggal dunia akibat kekurangan pasokan listrik di rumah sakit. Selain itu, puluhan bayi baru lahir lainnya saat ini menghadapi bahaya yang serius karena tidak mendapatkan perawatan yang lebih baik akibat situasi tersebut.


Terlepas dari kondisi yang semakin parah, Presiden Israel, Isaac Herzog, dalam wawancara dengan BBC, menuduh Hamas memiliki markas besar di bawah gedung RS Al-Shifa. Dr. Marwan menyangkal tuduhan itu sebagai "dusta besar" dan menyampaikan "permintaan terbuka" kepada pasukan Israel agar datang dan menginspeksi bangunan itu. Dia menegaskan, "Kami adalah warga sipil. Saya seorang ahli bedah. Kami memiliki staf medis, pasien dan keluarga, serta pengungsi. Tidak ada yang lain."

Ketegangan ini pun membuat situasi semakin buruk bagi mereka yang berada di RS Al-Shifa. Berdasarkan informasi dari Kementerian Kesehatan Gaza yang dijalankan oleh Hamas, ada 2.300 individu di dalamnya; mencakup 600 hingga 650 pasien dirawat, 200 hingga 500 staf medis, dan sekitar 1.500 orang yang mengungsi. Laporan WHO menegaskan bahwa ketiadaan listrik, air, dan makanan di lokasi itu "menimbulkan risiko besar bagi nyawa".

Dalam menghadapi kondisi ini, WHO mengulangi tuntutannya agar pihak terkait setuju dengan "gencatan senjata secepat mungkin" serta "perlindungan aktif bagi warga sipil dan layanan kesehatan". Secara umum, masalah ini menggambarkan dampak langsung dari konflik dan perbedaan politik terhadap kehidupan dan kesejahteraan masyarakat, khususnya untuk golongan yang rentan, seperti anak-anak dan bayi-bayi. 

Solusi jangka panjang yang sangat mendesak diperlukan, yang melibatkan dialog dan rekonsiliasi antara pemerintah dan kelompok yang berseteru untuk menciptakan keberlanjutan fasilitas kesehatan dan kesejahteraan warga sipil baik di Gaza maupun di kawasan konflik lainnya Penting untuk mencatat bahwa penyedia bantuan kemanusiaan juga menghadapi kesulitan dalam memberikan dukungan dan bantuan yang sangat dibutuhkan kepada penduduk Gaza, termasuk fasilitas kesehatan seperti RS Al-Shifa. Akses ke wilayah tersebut terbatas karena blokade dan pembatasan yang diberlakukan oleh Israel, yang telah berlangsung selama lebih dari satu dekade. Situasi ini mempersulit organisasi internasional untuk mengirimkan bantuan seperti obat-obatan, peralatan medis, dan pasokan makanan secara tepat waktu dan aman bagi warga sipil.

Lembaga seperti WHO, PBB, Komite Palang Merah Internasional (ICRC), dan berbagai LSM serta organisasi masyarakat sipil lainnya berupaya sekuat tenaga untuk menciptakan perubahan yang positif dalam kehidupan masyarakat sipil di konflik Gaza dan Israel. Namun, situasi yang terus memburuk memerlukan pemikiran-serius dan komitmen dari semua pihak yang terlibat. Masyarakat internasional juga memiliki tanggung jawab untuk menangani krisis kemanusiaan ini dengan solusi yang konstruktif dan dialog yang komprehensif. Di samping dukungan kemanusiaan dan gencatan senjata, perlu ada pembicaraan damai yang mencakup perwakilan dari semua pihak yang berseteru, termasuk Israel, Palestina, dan negara-negara tetangga serta pemangku kepentingan global terkait.

Sebagai bagian dari solusi jangka panjang, perlu ada pembenahan sistem kesehatan di Gaza dan wilayah konflik lainnya. Ini melibatkan perbaikan infrastruktur, peningkatan fasilitas kesehatan, edukasi, pengembangan keahlian tenaga medis, dan peningkatan distribusi obat esensial dan peralatan kesehatan. Upaya tersebut harus diiringi oleh pembangunan ekonomi, termasuk penciptaan lapangan kerja dan program pemberdayaan untuk warga yang terdampak oleh konflik. Hanya dengan menciptakan kondisi yang lebih baik bagi warga sipil, kita akan mampu mencegah situasi tragis seperti yang kini terjadi di RS Al-Shifa.

Dalam mengidentifikasi solusi yang bersifat holistik, peran negara-negara yang tidak terlibat langsung dalam konflik juga penting. Mereka harus ikut berperan aktif dalam mencari solusi damai dan pembentukan negosiasi yang lebih inklusif yang mencakup seluruh pihak yang terlibat. Pendukungan dari negara-negara ini tidak terbatas pada sumbangan kemanusiaan saja, tetapi juga mempengaruhi kebijakan dalam ragam forum internasional. Karena konflik seperti di Gaza mempengaruhi ketahanan kemanusiaan secara global dan mengancam keamanan global.

Posting Komentar untuk "Krisis Kesehatan di Gaza: Dampak Konflik Terhadap Rumah Sakit Al-Shifa dan Upaya Kemanusiaan dalam Mengatasi Situasi Memprihatinkan"