Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Krisis Kesehatan di Gaza - Serangan Israel Menyebabkan Bayi Prematur Dievakuasi dari Rumah Sakit Al Shifa

Barakatinews - WHO Berhasil Mengevakuasi Bayi Prematur dari RS Al Shifa Seiring Serangan Israel di Gaza Pada tanggal 12 November, RS Al Shifa di Gaza mengalami pemadaman listrik akibat serangan dari Israel, dan bayi-bayi prematur di rumah sakit tersebut harus dikeluarkan dari inkubator.

Krisis Kesehatan di Gaza - Serangan Israel Menyebabkan Bayi Prematur Dievakuasi dari Rumah Sakit Al Shifa

Setelah berlangsung selama seminggu, pada tanggal 19 November, 31 bayi prematur berhasil dievakuasi dari RS Al Shifa oleh petugas medis Palestina yang berisiko tinggi, bersama dengan tiga dokter dan dua perawat. Seluruh bayi-bayi tersebut berhasil dievakuasi dari rumah sakit Al Shifa ke Rumah Sakit Al Helal Al Emairati di wilayah selatan Gaza yang dekat perbatasan Mesir menurut keterangan dari PBB.

Baca juga: Krisis Kesehatan di Gaza: Dampak Konflik Terhadap Rumah Sakit Al-Shifa dan Upaya Kemanusiaan dalam Mengatasi Situasi Memprihatinkan

Menurut juru bicara Bulan Sabit Merah, Nebal Farsakh, sebagian besar dari 31 bayi yang dievakuasi ke RS Al Helal Al Emairati kehilangan orang tua mereka akibat pemboman oleh Israel. Dua bayi dengan prematur diketahui meninggal dunia pada tanggal 17 dan 18 November, meningkatkan kekhawatiran akan kondisi krisis kesehatan di Gaza yang saat ini masih terjadi hingga saat ini.

Meskipun berhasil dievakuasi oleh petugas medis Palestina, proses dievakuasi bayi-bayi tersebut menimbulkan kekhawatiran karena RS Al Shifa merupakan rumah sakit terbesar dan paling modern di Gaza. Selain itu, perawatan di rumah sakit tersebut tertunda dan terbatas akibat serangan Israel pada tanggal 12 November.

Kompleks RS Al Shifa saat ini berada di bawah kendali pasukan Israel, yang menjadi sebuah kekhawatiran untuk pelayanan kesehatan bagi penduduk Gaza dalam menangani krisis kesehatan akibat konflik baru-baru ini.

Namun, PBB berjanji akan memindahkan pasien dan staf yang masih berada di sana. Kepala Program Kemanusiaan PBB di Palestina, Jamie McGoldrick, mengumumkan upaya untuk memperbaiki kondisi di Gaza, yang menunjukkan bahwa persiapan akan dilakukan untuk pasien yang terkena dampak dari konflik.

Perwakilan kemanusiaan dunia dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah memperingatkan bahwa kondisi krisis kesehatan di Gaza saat ini sangat rentan terhadap penyebaran virus corona yang sedang terjadi secara global. Pada tahun 2014, serangan Israel juga menghancurkan 17 rumah sakit dan pusat kesehatan di Gaza dan menyebabkan negara tersebut dalam kondisi krisis kesehatan.

Kekhawatiran dari organisasi kemanusiaan juga terkait dengan kondisi infrastruktur kesehatan di Gaza. Terlepas dari upaya dari PBB untuk memfasilitasi pengiriman sumber daya kesehatan yang diperlukan, termasuk peralatan medis, obat-obatan dan perlindungan pelindung, namun akses terhadap bahan tersebut menjadi suatu hambatan.

Menurut laporan dari WHO, hampir 50 persen dari peralatan medis di Gaza saat ini tidak berfungsi dengan baik, dan 30 persen dari obat-obatan yang sangat penting tidak tersedia. Situasi ini diperparah dengan adanya larangan terhadap bahan-bahan tertentu oleh Israel.

Sejak awal November, konflik antara Israel dan Palestina telah memicu kekhawatiran bahwa krisis kemanusiaan baru akan muncul di Gaza. Meskipun telah dilakukan upaya dari beberapa pihak untuk mengatasi pandemi global di wilayah ini, namun krisis kesehatan yang sedang berlangsung diketahui menjadikan keterbatasan pengobatan terhadap pandemi corona jauh lebih besar di Gaza.

Organisasi kemanusiaan terus menggalang dana dan sumber daya untuk membantu menyediakan bantuan kesehatan untuk warga Gaza dalam krisis kesehatan saat ini. Sementara itu, upaya-upaya terus dilakukan oleh para petugas medis Palestina untuk menyelamatkan nyawa penduduk Gaza dalam menghadapi krisis kesehatan ini.

Posting Komentar untuk "Krisis Kesehatan di Gaza - Serangan Israel Menyebabkan Bayi Prematur Dievakuasi dari Rumah Sakit Al Shifa"